Sri Sultan Hamengkubuwana V (bahasa Jawa: Sri Sultan Hamengkubuwono V, lahir: 20 Agustus 1821 – meninggal tahun 1855) adalah sultan kelima Kesultanan Yogyakarta, yang berkuasa tanggal 19 Desember 1823 - 17 Agustus 1826, dan kemudian dari 17 Januari 1828 - 5 Juni 1855 yang diselingi oleh pemerintahan Hamengkubuwana II karena ketidakstabilan politik dalam Kesultanan Yogyakarta saat itu.
Riwayat pemerintahan
Nama asli Sri Sultan Hamengkubuwana V adalah Raden Mas Gathot Menol, putra Hamengkubuwana IV yang lahir pada tanggal 24 januari 1820. Sewaktu dewasa ia bergelar Pangeran Mangkubumi. Ia juga pernah mendapat pangkat Letnan Kolonel tahun 1839 dan Kolonel tahun 1847 dari pemerintah Hindia Belanda.Melihat tahun pemerintahannya dimulai tahun 1823 sedang lahirnya adalah tahun 1820 maka Sultan Hamengku Buwono V waktu permulaan bertahta berumur 3 (dua) tahun.
Hamengkubuwana V sendiri mendekatkan hubungan Keraton Yogyakarta dengan pemerintahan Hindia-Belanda yang berada di bawah Kerajaan Belanda, untuk melakukan taktik perang pasif,
dimana ia menginginkan perlawanan tanpa pertumpahan darah. Sri Sultan
Hamengkubuwana V mengharapkan dengan dekatnya pihak keraton Yogyakarta
dengan pemerintahan Belanda akan ada kerjasama yang saling menguntungkan
antara pihak keraton dan Belanda, sehingga kesejahteraan dan keamanan
rakyat Yogyakarta dapat terpelihara.
Kebijakan Hamengkubuwana V tersebut ditanggapi dengan tentangan oleh beberapa kanjeng abdi dalem dan adik Sultan HB V sendiri, yaitu Raden Mas mustojo (nantinya Hamengkubuwana VI).
Mereka menganggap tindakan Sultan HB V adalah tindakan yang
mempermalukan Keraton Yogyakarta sebagai pengecut, sehingga dukungan
terhadap Sultan Hamengkubuwana V pun berkurang dan banyak yang memihak
adik sultan untuk menggantikan Sultan dengan Raden mas mustojo Keadaan
semakin menguntungkan Raden Mas mustojo setelah ia berhasil
mempersunting putri Kesultanan Brunai
dan menjalin ikatan persaudaraan dengan Kesultanan Brunai. Kekuasaan
Sultan Hamengkubuwana V semakin terpojok setelah timbul konflik di dalam
tubuh keraton yang melibatkan istri ke-5 Sultan sendiri, Kanjeng Mas Hemawati.
Sri Sultan Hamengkubuwana V hanya mendapatkan dukungan dari rakyat yang
merasakan pemerintahan yang aman dan tenteram selama masa
pemerintahannya.
Sri Sultan Hamengkubuwana V wafat pada tahun 1855 dalam sebuah peristiwa yang hanya sedikit diketahui orang, peristiwa itu dikenal dengan wereng saketi tresno
("wafat oleh yang dicinta"), Sri Sultan meninggal setelah ditikam oleh
istri ke-5-nya, yaitu Kanjeng Mas Hemawati, yang sampai sekarang tidak
diketahui apa penyebab istrinya berani membunuh Sri Sultan suaminya.
Tidak lama setelah Sultan Hamengkubuwana V meninggal, tiga bulan
kemudian permaisuri Sri Sultan Hamengkubuwana V pun meninggal setelah
jatuh sakit semenjak suaminya meninggal.dan sultan digantikan oleh
adiknya raden mas Mustojo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar