Bendara Raden Mas Herjuno Darpito atau
Sri Sultan Hamengkubuwana X (
Bahasa Jawa:
Sri Sultan Hamengku Buwono X, lahir di
Yogyakarta,
2 April 1946; umur 66 tahun) adalah
raja Kasultanan Yogyakarta sejak tahun
1989 dan
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sejak tahun
1998.
Silsilah
- GRA Nurmalita Sari/GKR Pembayun
- GRA Nurmagupita/GKR Condrokirono
- GRA Nurkamnari Dewi /GKR Maduretno
- GRA Nurabra Juwita
- GRA Nurastuti Vijareni / GKR Bendoro
Masa kecil dan pendidikan
Hamengkubuwono X lahir dengan nama
BRM Herjuno Darpito. Setelah dewasa bergelar
KGPH Mangkubumi dan setelah diangkat sebagai putra mahkota diberi gelar
KGPAA Hamengku Negara Sudibyo Rajaputra Nalendra ing Mataram. Hamengkubuwono X adalah seorang lulusan Fakultas Hukum
UGM.
Penobatan
Penobatan Hamengkubuwono X sebagai raja dilaksanakan pada tanggal
7 Maret 1989 (Selasa Wage 19 Rajab 1921) dengan gelar resmi
Sampeyan
Dalem ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengku Buwana
Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah
ingkang Jumeneng Kaping Sadasa.
Kegiatan organisasi
Hamengkubuwono X aktif dalam berbagai organisasi dan pernah memegang
berbagai jabatan diantaranya adalah ketua umum Kadinda DIY, ketua DPD
Golkar DIY, ketua KONI DIY, Dirut PT Punokawan yang bergerak dalam
bidang jasa konstruksi, Presiden Komisaris PG Madukismo, dan pada bulan
Juli 1996 diangkat sebagai Ketua Tim Ahli Gubernur DIY. Pada
2010, bersama dengan
Surya Paloh, Sri Sultan Hamengkubuwono X mencetuskan pendirian
Nasional Demokrat.
Menjadi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
Setelah
Paku Alam VIII wafat, dan melalui beberapa perdebatan, pada
1998 beliau ditetapkan sebagai Gubernur
Daerah Istimewa Yogyakarta dengan masa jabatan 1998-2003. Dalam masa jabatan ini Hamengkubuwono X tidak didampingi Wakil Gubernur. Pada tahun
2003 beliau ditetapkan lagi, setelah terjadi beberapa pro-kontra, sebagai
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta untuk masa jabatan 2003-2008. Kali ini beliau didampingi Wakil Gubernur yaitu
Paku Alam IX.
Gempa Jogja
Pada masa kepemimpinannya,
Yogyakarta mengalami
gempa bumi yang terjadi pada bulan Mei
2006 dengan skala 5,9 sampai dengan 6,2 Skala Richter yang menewaskan lebih dari 6000 orang dan melukai puluhan ribu orang lainnya.
Mengundurkan diri sebagai gubernur
"Kota kita tidak memerlukan kata pujian yang berlebihan. Dia hanya perlu
sentuhan kasih dari hati nurani kita" - Kutipan dari Monumen
Tapak Prestasi Hamengku Buwono X di
Monumen Tapak Prestasi,
Yogyakarta.
Pada peringatan hari ulang tahunnya yang ke-61 di Pagelaran Keraton
7 April 2007, ia menegaskan tekadnya untuk tidak lagi menjabat setelah periode jabatannya 2003-2008 berakhir. Dalam
pisowanan agung
yang dihadiri sekitar 40.000 warga, ia mengaku akan mulai berkiprah di
kancah nasional. Ia akan menyumbangkan pemikiran dan tenaganya untuk
kepentingan bangsa dan negara Indonesia.
Gelar kehormatan
Pada
27 Desember 2011, ia menerima gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa) dari
Institut Seni Indonesia (ISI),
Yogyakarta. Gelar tersebut karena kiprahnya dalam seni dan budaya, terutama seni pertunjukan tradisi dan kontemporer sejak
1989[1]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar