Sri Sultan Hamengkubuwana VII (bahasa Jawa: Sri Sultan Hamengkubuwono VII; lahir tahun 1839 – meninggal tahun 1931) adalah raja Kesultanan Yogyakarta yang memerintah pada tahun 1877 – 1920. Ia dikenal juga dengan sebutan Sultan Ngabehi atau Sultan Sugih.
Riwayat Pemerintahan
Nama aslinya adalah Raden Mas Murtejo, putra Hamengkubuwono VI yang lahir pada tanggal 4 Februari 1839. Ia naik takhta menggantikan ayahnya sejak tahun 1877.
Pada masa pemerintahan Hamengkubuwono VII, banyak didirikan pabrik gula di Yogyakarta,
yang seluruhnya berjumlah 17 buah. Setiap pendirian pabrik memberikan
peluang kepadanya untuk menerima dana sebesar Rp 200.000,00. Hal ini
mengakibatkan Sultan sangat kaya sehingga sering dijuluki Sultan Sugih
Masa pemerintahannya juga merupakan masa transisi menuju modernisasi di Yogyakarta. Banyak sekolah modern didirikan. Ia bahkan mengirim putra-putranya belajar hingga ke negeri Belanda.
Pada tanggal 29 Januari 1920
Hamengkubuwono VII yang saat itu berusia 81 tahun memutuskan untuk
turun takhta dan mengangkat putra mahkota sebagai penggantinya. Konon
peristiwa ini masih dipertanyakan keabsahannya karena putera mahkota(GRM.
Akhadiyat, putra HB VII nomor 14) yang seharusnya menggantikan
tiba-tiba meninggal dunia dan sampai saat ini belum jelas penyebab
kematiannya.
Dugaan yang muncul ialah adanya keterlibatan pihak Belanda yang tidak setuju dengan putera Mahkota pengganti Hamengkubuwono VII yang terkenal selalu menentang aturan-aturan yang dibuat pemerintah Batavia.
Biasanya dalam pergantian takhta raja kepada putera mahkota ialah menunggu sampai sang raja yang berkuasa meninggal dunia. Namun kali ini berbeda karena pengangkatan Hamengkubuwono VIII
dilakukan pada saat Hamengkubuwono VII masih hidup.<-- a="a" anaknya="anaknya" ayah="ayah" bahkan="bahkan" cerita="cerita" class="mw-redirect" di="di" diasingkan="diasingkan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keraton_Yogyakarta" ke="ke" lalu="lalu" luar="luar" mahkota="mahkota" masa="masa" menurut="menurut" ngambarrukma="ngambarrukma" oleh="oleh" pengganti="pengganti" pesanggrahan="pesanggrahan" putera="putera" sang="sang" title="Keraton Yogyakarta" wafat="wafat" yang="yang">keraton Yogyakarta-->
Hamengkubuwono VII dengan besar hati mengikuti kemauan sang anak (yang di dalam istilah Jawa disebut mikul dhuwur mendhem jero)
yang secara politis telah menguasai kondisi di dalam pemerintahan
kerajaan. Setelah turun takhta, Hamengkubuwono VII pernah mengatakan
"Tidak pernah ada raja yang meninggal di keraton setelah saya" yang
artinya masih dipertanyakan. Sampai saat ini ada dua raja setelah
dirinya yang meninggal di luar keraton, yaitu Hamengkubuwono VIII meninggal dunia di tengah perjalanan ke luar kota dan Hamengkubuwono IX meninggal di Amerika Serikat. Bagi masyarakat Jawa
adalah suatu kebanggaan jika seseorang meninggal di rumahnya sendiri.
Hamengkubuwono VII meninggal di Pesanggrahan Ngambarrukma pada tanggal 30 Desember 1931 dan dimakamkan di Imogiri.
Versi lain mengatakan bahwa Hamengkubuwono VII meminta pensiun kepada Belanda
untuk madeg pandito (menjadi pertapa) di Pesanggrahan Ngambarrukma
(sekarang Ambarrukma). Sampai saat ini bekas pesanggrahan itu masih ada
dan di sebelah timurnya dulu pernah berdiri Hotel Ambarrukma yang
sekarang sudah tidak ada lagi.(Sekarang sudah beroperasi lagi).
Silsilah
- Anak tertua dari Sultan Hamengkubuwana VI dan istri pertamanya RAy Sepuh/GKR Sultan/GKR Agung dan diangkat anak oleh Ratu Kencana.
- Memiliki delapan belas istri:
- BRA Sukina/BRA Mangku Bumi (b. 1836), putri termuda Sultan Hamengkubuwana V dengan istri keduanya BRAy Dewaningsih.
- GKR Mas, putri dari KRT Jayadipura atau dari Pangeran Suryadiningrat.
- GKR Kencana/GKR Wandhani, putri dari Raden 'Ali Basa 'Abdu'l-Mustafa Senthot Prawiradirja.
- GKR Kencana II/BRAy Ratna Sri Wulan, putri dari BPH Adi Negara.
- BRAy Ratnaningsi.
- BRAy Ratnaningdia.
- BRAy Ratna Adi.
- BRAy Ratnasangdia.
- BRAy Ratnajiwata.
- BRAy Puryaningdia.
- BRAy Devaratna.
- BRAy Puspitaningdiya.
- BRAy Srengkara Adinindia.
- BRAy Rukmidiningdia.
- BRAy Ratna Adiningrum.
- BRAy Ratna Puspita.
- BRAy Tejaningrum.
- BRAy Ratna Mandaya, putri dari Patih Dhanuraja VI.
- Memiliki 31 putra
- Memiliki 38 putri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar